ADONARAindonesia

"Hanya hidup demi sesama yang membuat kehidupan menjadi lebih bermakna"
(Albert Einstein)

..........SALAM DAMAI DALAM KERAGAMAN..........

Selasa, 04 Desember 2007

Syukuran Wisuda Ina dan Dewi

Sarjana dan Mahasiswa Rantau

(Tulisan ini pernah dimuat SURYA, 29/11/07)

Peribahasa di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung agaknya perlu dimaknai lebih dalam. Mengalah, rendah hati, dan santun adalah kuncinya.
Zaman sekarang, menjadi sarjana bukan suatu keistimewaan lagi. Dunia perguruan tinggi tak lagi menara gading bagi masyarakat. Menjadi sarjana adalah tuntutan wajar, karena penguasaan ilmu dan teknologi merupakan konsekuensi logis untuk bangsa dan negara yang sedang berkembang.

Simon Muda Makin yang mewakili warga Adonara di Surabaya saat syukuran wisuda anggota Generasi Muda Adonara (Gema) Surabaya mengatakan, gelar yang disandang bukan untuk gagah-gagahan, tetapi perlu dimaknai sebagai tanggung jawab sosial. Ketika diwisuda, seorang sarjana baru melewati tahap mengetahui (to know). Sedangkan tahap berikutnya yang sebenarnya lebih berat adalah tahap melakukan (to do) dan menjadi (to be). Ini bukan perkara mudah mengingat pengangguran lulusan universitas tidaklah sedikit.

Di kota yang lebih maju, seharusnya memanfaatkan kesempatan sebaik-baiknya untuk menimba ilmu. “Jangan habiskan waktu untuk cari masalah dan bersenang-senang saja. Harus ada yang dilakukan untuk daerah biar ada gunanya kalian kuliah di Jawa,” kata pria energik yang berprofesi sebagai jaksa ini.

Menanggapi bentrok pemuda dan mahasiswa rantau dengan warga setempat, Muda Makin mengatakan, masalah ini muncul karena mahasiswa rantau belum sepenuhnya memahami dan menghargai budaya lingkungan. Peribahasa di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung agaknya perlu dimaknai lebih dalam. Mengalah, rendah hati, dan santun adalah kuncinya. Kebebasan adalah hak seseorang. Namun, orang lain pun punya hak yang mengharuskan kita membatasi hak sebagai bentuk penghargaan terhadap lingkungan.

Acara syukuran di rumah Orong Sabon Hendrikus, salah satu pembina Gema ini dihadiri komunitas pemuda dan mahasiswa dari Malang (Panusa), Jogjakarta (Ikmay), dan Bali. Raya Muda Makin (23), yang lulus dari Fakultas Kedokteran Udayana, Bali mengatakan dia memutuskan untuk mengabdi di Adonara. Menurutnya, dokter di Adonara masih jarang dan ingin membantu masyarakat melalui profesinya. “Mengabdi untuk tanah kelahiran sama halnya mengabdi untuk bangsa ini. Menjadi dokter kampung nan bersahaja adalah impian saya,” kata Raya optimis. (ansis)